Latar
Belakang
Setiap agama memiliki sebuah ritual yang berbeda. Ritual dalam pengertian ini tidak diartikan serta merta pada aktivitas negatif yang kita kenal sebagai dampak dari keyakinan hal-hal yang berbau mitos belaka. Namun, kita melihat sisi yang berbeda dan memahami makna ritual itu dengan sebuah aktivitas hidup yang kita jalani. Ritual-ritual tersebut dalam kehidupan ternyata memiliki sebuah kontribusi besar dalam kehidupan manusia. Ritual-ritual yang diciptakan dan dijadikan sebagai aktivitas membawa manusia pada sebuah puncak ketenangan jwa, keamanan, rasa nyaman dan lain sebaginya. Tergantung siapa yang menjalami ritual tersebut.
Dalam pembagainnya ritual memiliki
beberapa aspek yang harus kita perhatikan dan telaah lebih jauh. Seperti Shalat,
zakat, puasa dan lain sebaginya adalah bagian dari ritual yang sebenarnya luput
dari konsep pemahaman kita. Jamaah Ddzikir, jamaah tabligh, memperingati
hari-hari besar islam atau pun yang lainnya juga termasuk ke dalam bentuk
ritual. Memang tidak bisa dipungkiri
bahwa ini adalah kesalahan dalam istilah sekaligus kita menganggap bahwa istilah
ritual yang kita pahami di luar adalah ritual dihubungkan dengan hal
mitos. Kata ‘ritual” memiliki pengertian
sesuatu yang berkenaan dengan ritus. Dari pengertian ini terlihat bahwa ritual
yang dimaksud adalah segala tindakan yang berhubungan dengan agama. Apakah itu
upacara, ibadah, atau aktivitas lainnya, yang memang benar-benar membawa sebuah
kesaksaralan bagi pengikutnya.[1]
Paradigma pemahaman ini pula yang
kemudian membuat para peneliti islam mengabaikan urgensi kajian islam dalam
ritual. Dan malah beberapa peneliti seperti Frederick M. Denny dan William R. Roff
mengangkat studi kajian islam tersebut. Oleh sebab itu, pada makalah ini akan
memaparkan mengenai kajian islam yang dilakukan oleh mereka. Pembahasan ini
pula didasarkan pada kesalalah kita dalam melakukan studi keislaman yang hanya
didasarkan pada hal-hal yang bersifat luas, sementara hal-hal yang dominan kita
lakukan kurang untuk diperhatikan.
Diharapakan setelah pembahasan ini
mampu memberikan kita sebuah ide baru dan masukan terutama bagi kaum pengkaji
islam untuk benar memperhatiak setiap sudut dan sisi dalam islam. Sehingan
konsep studi islam bisa dilakukan dalam segala aspek, terutam untuk hal-hal
yang memnang sudah intim dalam kehidupan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Praktek Ritual dalam Islam
Dalam agama Islam, ritual merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari keseluruhan iman seorang muslim. Karena memang ritual
Islam itu sendiri adalah bentuk ekspresi islam. Sehingga bagi seorang Muslim,
konsep Tauhid bukan hanya konsep teologis semata, tetapi juga direalisasikan
dalam kehidupan. Dengan konsep yang
“mengesakan” Tuhan dengan ketaatan dan ketundukan total. Hal ini menunjukkan
begitu dominannya aspek ritual dalam Islam. Dalam kitab-kitab fiqih, ritual
juga mendapat perhatian yang sangat dominan. Karena memang di dalamnya,
kitab-kitab fiqih selalu memulai penjelasannya dengan kewajiban-kewajiban
ritual dengan memperhatikan empat rukun: shalat, zakat, puasa, dan haji.
Bilangan dan eksplikasi yang dikehendaki dalam shalat selalu didahului dengan
pembahasan mendetail tentang bersuci, thoharoh merupakan satu syarat yang tidak
dapat dipisahkan dari perbuatan ibadah. Wudhu sendiri merupakan proses yang
kompleks, dan membutuhkan penjelasan mendetail.
Dari sini kita bisa memahami bahwa ritual islam sudah ada sejak
islam berdiri. Hanya saja kita yang memahaminya salah. Apalagi ritua-ritual
yang ada di konsep kita adalah ritual yang bersifat mitos. Untuk menanggalkan
kesalan pemahaman tersebut, maka sebaiknya kita melihat dari pengertian ritual
dalam sisi kesakaralan. Maksudnya adalah meninjau aspek yang memang sesuatu hal
yang dikatakan ritual adalah yang mendatangkan ketengan, keamanan, bahagian dan
bersifat sakral. Karena sesuatu yang kita lakukan adalah bentuk keyakinan
terhadap objek yang kita yakini adanya.
Islam dengan gamblang mengajarkan setiap aspek kehidupan secara terperinci,
mulai dari sistematika ibadah dan hal-hal yang membuat ibadah itu bernilai
lebih. Hingga mampu membawa orang lain masuk ke dalam dunia tersebut. Misalnya
saja kalau pada zaman Rasullulah SAW ada ritual-ritual ibadah yang bersifat
islam resmi seperti; shalat, zakat, dan
puasa, dan begitu pun sebaliknya untuk zaman modern sekarang ini tetap
menjalankan ritual-ritual ibadah sebagai bentuk kewajiban. Dan malah
ritual-ritual ibadah tersebut bertambah dan mengalami sebuah pembaruan, yang
awalnya hanya bersifat individu, sekarang ritual ibadah bersifat kelompok, seperti;
jamaah dzikir dan lain sebagainya.
Pada pembahasan ini, kita akan membagi ritual islam tersebut ke
dalam dua bagian. Sesuai penjelasan di awal bahwa ada islam resmi dan ada islam
modern atau lebih dikenal dengan islam populer.
I.
Praktek Ritual Islam Resmi
Praktek ritual islam resmi antara
lain:
a.
Shalat
Sholat adalah sebuah ritual seorang
hamba kepada tuhannya demi memperoleh ketenangan dalam dirinya. Telah banyak
peneliti yang mengkaji manfaat shalat dari segi lahiriah. Mulai dari ia berdiri pada awal sholat hingga duduk
terakhir dalam shalat. Semuanya punya kandunngan yang sangat bermanfaat untuk
kesehatan, baik jiwa dan jasa tersebut. Apalagi ketika kita mengkaji kandungan
shalat secarah mendalam. Shalat layaknya manusia yang memiliki unsur-unsur yang
menyempurnakan tubuhnya. Begitupun sholat yang memiliki beberapa bagian yang saling membutuhkan . ketika salah
satunya tidak terpenuhi maka sholat itu cacat. Ketika salah satu bagian dari
tubuh manusia berkurang, maka manusia itu
dikatakan cacat.[2]
“Dan carilah (pertolongan Allah) melalui kesabaran dan salat.”[3] Nabi
SAW bersabda “Melaksanakan kewajiban shalat kepada Allah adalah setarah dengan
seribu kali haji dan umrah yang dilakukan secara benarndan yang diterimah.”[4] Dalam sabda Rasulullah disebutkan bahwa kemuliaan
seseorang tergantung pada sholat malamnya.[5]
b.
Puasa
Puasa juga salah satu praktek ritual
dalam islam yang sangat populer dilakukan di bulan ramadhan. Kandungannya
sangat luar biasa. Ada seseorang mengalami penyakit mag, namun setelah dia
memeriksakan diri kedokter, dia dianjurkan oleh sang doker untuk tidak terlambat
makan. Walaupun demikian tidak merubah hasil yang memuaskan. Pernah suatu
ketikan kita mendengar Hadits nabi yang artinya,” berpuasalah kamu, niscaya kamu
akan sehat.” Dari hadis ini kita akan mulai berfikir untuk menjadikan puasa sebagai
obat penyakit mag yang diderita. Alhasil, orang tersebut sembuh dengan
menggunakan ritual ini.
c.
Zakat
Zakat merupakan bentuk ritual dalam
islam yang mengisyaratkan betapa pentingnya jiwa sosial dibangun dalam jiwa setiap
manusia. Zakat mengajari umat manusia untuk menanamkan rasa cinta dan asih
sayang terhadap sesama. Ada dua ibadah dalam islam yang sangat fundamental atau
bisa dikatakan ibadah yang merupakan inti dari ajaran islam. Ibadah itu adalah
ibadah yang hubungannya dengan Allah (Hablun
minallah) dan ibadah yang berhubungan dengan umat manusia (hablun minannas). Zakat masuk dalam
kategori ibadah hablun minannas.
Begitu pentingnya ibadah atau ritual terhadap sesama manusia, sampai-sampai
ketika manusia tidak mampuh melakukan puasa maka gantinya adalah fidiah. Ibadah
yanng tadinya akan di tujukan kepada Tuhan lantaran dialihkan kepada manusia,
ini menandakan bahwa ibadah zakat ini dapat menjadikan seorang mukmin bisa
merasakan kelegahan dan ketenangan dalam hidupnya.
d.
Haji
Haji adalah ibadah atau ritual yang
menjadi penyempurna rukun keislaman seseorang. Di setiap tahunnya manusia
antusias mengunjungi baitullah sebagai bentuk penghambaan manusia kepada Rabbnya.
Haji mencakup segalah ritual islam. Rahasia haji atau adab haji adalah bagaimana membersikan hati dari kata-kata
kotoran-kotoran , kefasikan, dan pertengkaran apapun alasannya.[6]
II.
Praktek Ritual Islam Populer
Ritual islam populer mencakup
beberapa bentuk, namun kali ini kita hanya akan mengambil satu contoh penting
saja, yang juga sudah akrab di telinga kita sehari-hari. Atau bisa jadi kita
juga pernah mengikuti atau melihat langsung praktek ritua islam populer
tersebut. Praktek ritual islam yang akan dibahas pada pemaparan kali ini, yakni
mengenai ritual islam ddzikir.
Dalam buku Rasa Ruhani, M.Iqbal
Irham mengutif pengertian dzikir dari kitab karangan Ibn Athaillah dari
alexandra (w. 1309), Miftah Al-Falah wa Mishbah Al-Arwah (Kunci Menuju
Keselamatan dan Penerang bagi jiwa). Beliau mengatakan, dzikir adalah
pembersihan jiwa dari ketidak khusyuan dan kealfpaan (ghaflah) dengan
menghadapkan hati (hudhurual-qalb) kepada Allah secarah terus menerus.[7]
Dzikir digolongkan menjadi dua
bagian. Pertama, dzikir qalbu. Dzikir ini adalah ibadah atau ritual yang
sangat sederhana dan mudah. Kita bisa melakukan kapan pun dan dimana saja.
Satu-satunya ibadah ritual yang tidak menuntut syarat atau hukum adalah ddzikir.
Kita juga tidak membutuhkan keadaan manusia suci. Imam Nawawi menjelaskan bahwa
ulama sepakat bahwa dzikir boleh dilakukan oleh yang berhadats, junub,
wanita yang sedang haid dan juga nifas.[8]
Kedua, dzikir lisan membantu untuk
menghadirkan dzikir Qalbu. Dengan menyebut nama atau sifat-sifat Allah akan
membantu seseorang untuk menghadirkan ketenangan bagi hatinya. Dzikir lisan tidaklah
cukup apabila itu tidak terus menerus dilakukan. Ketika itu terus-menerus dilakukan
akan membantu hadirnya hati untuk mengingat Sang khaliq. Dzikir qalbu sama juga
dengan dzikir yaksha yakni, dzikir yang memunculkan kesadaran diri dan
jiwa, akan membuat hati seseorang yang sebelumnya lalai atau ghaflah
dengan gangguan-gangguan keduniaan akan terjaga dan sadar.[9]
Ketiga, dzikir sir. Dzikir yaksha atau dzikir qalbu akan membawa kepada dzikir
sir (tersembunyi, rahasia),yang menghadirkan hati kepada Allah (hudurul
qlalbi). Inilah dzikir yang tidak berhuruf dan tidak bersuara. Dzikir ini
tidak butuh bacaan melainkan sudah menghadirkan rasa ruhani. Rasa diri yang
selama ini yang terpendam dan dimana seluruh ingatan sudah tertuju pada yang
haq.
B.
Teori Studi Ritual dalam Islam menurut Frederick M. Denny
Setiap agama pasti memiliki sebuah
ritual yang menunjukkan kesakralan agama yang dianutnya. Ritual ini dilakukan
bukan serta merta sebagai ritual yang tidak bermanfaat, namun ritual yang
dilakukan sebagai bentuk pemeliharan, melestarikan, dan menunjukkan ekstistensi
nilai sakral dalam ritual keagamaan dan lainnya. Selain itu pula, ritual yang
kerap kali dilakukan oleh individu atau kelompok merupakan cara untuk
memperkokoh keyakinannya terhadap sesuatu yang diyakininya. Bagi sebuah
kelompok, ritual yang kerap mereka laksanakan sebagai ajang memperat
solidaritas sehingga mampu mendatang rasa keamanan dan mental yang kuat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa karena
ada nilai kesakralan inilah, ritual pun muncul. Keberadaannya berada di tengah
kehidupan manusia adalah sebagai bukti bahwa manusia ingin menunjukkan kepada
objek yang diyakini sebagai sesuatu yang mesti diaktualisasikan. Jika kita
melihat seperti itu, maka bisa dikatakan bahwa ritual adalah sesuatu yang
dilakukan dengan sebuah keyakinan,yang mampu mendatangkan sebuah berkah karena
nilai sakral yang dipegang sesuai dengan ketentuan dalam agama itu sendiri.
Dalam islam sendiri, ritual adalah
bagian yang urgen dalam diri seorang muslim sebagai bentuk bagian dari
keimanannya. Ketika kita meyakini sebuah objek, maka mau tidak mau kita harus
mampu menegakkan nilai kesakralannya. Apalagi yang kita yakini adalah sesuatu
yang ghaib. Ritual juga tidak serta merta dihubungkan dengan hal-hal mitos
belaka, tetapi ritual dalam hal ini adalah bagaimana sebuah tindakan manusia
berisikan sebuah kesakralan terhdap objek yang diyakini.
Melihat aktivitas sebuah keagamaan
tersebut, seorang yang bernama Frederick M. Denny tertarik untuk mengkaji
mengenai ritual dalam islam lebih lanjut. Menurutnya karena dengan seperti ini
bisa melakukan kajian studi islam melalui aspek kebiasaan masyarakat sebagai
landasan sebuah agama yang dianut. Dan
menurutnya juga, ritual islam dapat dicoba untuk diterapkan pada masyarakat
sehingga mampu memperkaya teman-tema yang mengenai studi islam sendiri
Ada beberapa permasalahan dan
berbagai teori yang dikemukan oleh Frederick M. Denny mengenai teori studi
ritual islam yang nanti akan kita bahas. Yang kemudian juga merupakan bagian
keinginannya melakukan studi islam tersebut. Langkah tersebut juga bagian dari
kekecewaannya terhadap islamis karena kerap kali mengabaikan aspek-aspek ritual
yang sanagt perfomatif tersebut. Yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang
membuat konsep teori studi ritual islam yang diungkapkan oleh Frederick M.
Denny patut untuk dibahas? Karena kurangnya melakukan studi ritual dalam islam.
Pada bagian ini, Frederick M. Denny menganggap bahwa masyarakat atau pun para
akademisi mengesampingkan untuk mengkaji islam dari sudut padangan ritual.
Padahal faktanya ritual itu tidak serta merta dianggap sebagai sesuatu yang
tidak penting. Sementara aspek ritual merupakan bagian yang dominan dalam islam
sendiri. Oleh sebab itu, teori studi ritual islam patut untuk dijadikan sebagai
langkah menegakkan sebuah pemahaman.
A.
Tentang Frederick M. Denny
Frederick M. Denny mengajar studi Islam dan
sejarah agama di University of Colorado, Boulder. Dia telah melakukan
penelitian pada bacaan Qur'an dan hal-hal terkait di Mesir dan Indonesia.
Bukunya, An Introduction to Islam, digunakan secara luas di perguruan tinggi
program studi Amerika Utara. Dia telah banyak menerbitkan berbagai artikel
tentang aspek Al-Quran..[10]
B.
Pemikiran Frederick M. Denny Mengenai Teori Studi Ritual Islam
a.
Kegelisahan
akademisi
Menurut
Frederick M. Denny, upaya para islamis untuk mengkaji aspek-aspek keislaman
terutama pada aspek ritual masih sangat minim. Dan malah mengabaikan dalam
urusan ritual tersebut. Padahal pada dasarnya islam menekankan aspek ritual
dalam setiap sisinya dengan dominasi yang tinggi. Artinya ritual islam adalah
aktivitas yang tidak bisa lepas dari kegiatan manusia. Terlebih lagi karena
proses ritual tersebut merupakan bentuk dari ketaatan dan penghambaan total
seseorang. Islam tidak hanya mengenal konsep tauhid semata, tapi juga
merealisasikan ketauhidannya dengan sebuah tindakan. Tindakannya itulah yang
mengharuskannya untuk menuju penghambaan dalam bentuk sebuah ritual. Baik
ritual ibadah atau pun yang lainnya.
Di
samping itu juga, menurut Frederick M. Denny, studi islam yang dilakukan hanya
sebatas penelitian praktek ritual semata, tanpa menganalisa secara mendalam
mengenai sumber-sumber yang menjadi sumber patokan dalam prilaku ritual
tersebut. Seperti contoh ketika ia mengkritik seorang peniliti yang bernama S.
F. Nadel mengenai agama Nupe di Afrika. Menurut Frederick M. Denny, Pola ini harus dibalik menganalisis sumber-sumber
perilaku ritual, kemudian menganalisis perilaku ritual dengan simbol-simbolnya.
Perilaku ritual dapat menyimpang jauh dari ‘perintah atau larangan’ dari
sumber-sumber ritual. Denny menginginkan, ritual harus diletakkan sebagai
kerangka perilaku yang diwajibkan dalam agama (fiqh), atau ritual sebagai
korpus kewajiban yang menyatu dengan fiqh bahkan etika yang disebut
ortopraksis.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegelisahan-kegelisahan ini berpangkal dari
problem untuk memulai penelitian ini secara mendasar mencakup dua hal yaitu
problem ritual yang kompleks itu sendiri yang menjadi objek penelitian dan
problem pada diri peneliti yang berusaha menempatkan diri sebagaimana seorang
peneliti atau harus menjadi partisipan dengan memiliki peran ganda yaitu
peneliti sekaligus yang diteliti.
b.
Topik Penelitian
Menurut Frederick M. Denny topik
penilitian ini sangan penting karena menyangkut apa yang akan menjadi titik
fokus yang akan diteliti, terutama yang menyangkut tentang fenomena keagamaan
yang terkait dengan perilaku ritual yang ideal dan praktek ritual yang
berkembang. Namun gagasannya tersebut masih sedikit diabaikan oleh kalangan
muslim, sekaligus para orientalis yang melakukan kajian studi islam. Usaha yang
dilakukannya untuk memecah kebuntuan masih dianggap sebgai sebuah hal yang
kurang untuk diperhatikan. Sejumlah teori yang ditawarkan dapat digunakan oleh
pengkaji sesudahnya dalam menganalisis makna-makna yang tersembunyi dibalik
pelaksanaan ritual-ritual dalam agama-agama dan Islam.
c.
Penelitian Terdahulu
Frederick M.
Denny dalam melakukan sebuah studi islam belajar pada penelitian-penilitian
sebelumnya. Setelah dia mempelajari dari sebelum-sebelumnya, kemudian ia
memberikan beberapa tanggapan terhadap penelitian tersebut terutama pada konsep
kajian islam yang mereka angkat. Karya seorang Snouck Hurgronje mengenai studi
historis tentang haji. Sebuah karya yang diterbitkan beberapa tahun sebelum
Snouck Hurgronje menetap di Mekkah selama musim semi dan musim panas pada tahun
1885. Menurut Frederick M. Denny, Karya Snouck Hurgronje merupakan contoh karya
orientalis yang secara tradisional didasarkan pada teks dan menggambarkannya
dalam latar akademik. Karya Geertz dalam Islam
Observed menggambarkan pemahaman adanya konflik antara pendekatan normatif dan
deskriptif dalam persoalan ritual, sekaligus mengkontraskan agama di Maroko dan
Indonesia. Lalu karya S.F Nabel dalam
Nupe Religion menyatakan untuk membaca praktek-praktek yang berhubungan dengan
Islam yang akan menjadi muslim yang paling liberal adalah tidak mudah. Namun
dalam karya ini, Frederick M. Denny tidak
menganalisis lebih jauh lagi tentang kesesuaian antara praktek-praktek
keagamaan dengan ajaran-ajaran yang ada. Kekurangannya tidak adanya abstraksi
yang dikenal ‘Islam resmi’, tetapi sekedar masyarakat dan nilai-nilai, serta
agama Nupe.
d.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh Frederick
M. Denny adalah dengan melakukan pendekatan fenomenologis, dengan
verstehen-nya[9] guna mencari pengertian terhadap pola yang general (general
pattern) dan pola yang partikular (particular pattern). Secara lebih konkret,
dalam upaya memahami ritual, Frederick M. Denny menggunakan beberapa teori:
Pertama, teori ruang suci dan waktu suci. Teori adanya dimensi ruang dan waktu
dalam ritual. Ruang dan waktu itu sendiri adalah kategori universal dan banyak
cara yang dapat digunakan oleh orang beragama untuk menjelaskan dan
menuturkannya.
e.
Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup
kajian yang dilakukan oleh Frederick M. Denny adalah ritual-ritual islam, yang
ditujukan pada ritual ibadah sendiri. Ritual ibadah tersebut dibagi ke dalam
dua bagian, yang pertama islam resmi dan kedua, islam populer. Islam resmi yang
didasarkan pada sumber-sumber ibadah, sementara islam populer didasarkan pada
ibadah-ibadah yang berkembang pada masyarakat modern.
Teori–teori di
atas kemudian dijelaskan dengan menggunakan teori ruang suci dan waktu suci. Teori Thoedore Gaster, dan Arnold van Genep. Yakni
mengenai kewajiban ritual (ritual duties), waktu suci, ruang suci, pengosongan
(emptying), pengisian (filling), ritus peralihan (rites of passage), ),
Pemisahan (separation), transisi (transition), dan penyatuannya dalam status
baru(aggregate).
f.
Kontribusi dalam Ilmu
Keislaman
Dari penjelasan
yang sudah dipaparkan, kita bisa lihat kontribusi seorang Frederick M. Denny
bagi para pengkaji studi-studi keIslaman.
Diantaranya adalah: pertama,Frederick M. Denny membantu memberikan
pemahaman secara lebih komprehensif tentang studi-studi ritual dalam kajian
Islam. Konsep ruang suci dan waktu suci yang dia paparkan sangat membantu para
pengkaji studi keIslaman khususnya dalam lingkup studi ritual untuk lebih
menangkap esensi makna dari aktivitas simbolik yang ditunjukkan dalam masyarakat
Islam. Kedua, Frederick M. Denny memberikan kerangka teori dalam menguraikan
aspek-aspek ritual yang berkembang dalam masyarakat.
g.
Logika dan Sistematika Penulisan
Frederick M.
Denny melakukan kajiannya dengan mengungkapkan problem-problem studi ritual islam.
Yang mana masih diabaikan terutama bagi kalangan muslim sendiri. Ini juga
bentuk dari kekecewaanya terhadap sikap kaum islamis dalam melakukan kajian
keislaman. Kemudian ia menguraikan
beberapa objek dari ritual islam yang ada merupakan bagian dominan dalam
aktivitas muslim seperti shalat atau sebagianya. Dan kemudian ia mengembangkan
sebuah teori mengenai ruang suci dan waktu suci, yang dimana menyangkuta
tindakan seseorang dalam melakukan sebuah ritual keibadahan. Dari teori yang ia
kemukakan juga dilandaskan pada penilitian-penilitian sebelumnya.
Dari semua
penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Frederick M. Denny melakukan studi
islam melalui kajian ritual. Dimana bisanya kita menganggap bahwa ritual hanya
didasarkan pada mitos semata. dalam kenyataannya segala hal yang merupakan
tindakan keibadahan adalah bersifat ritual. Artinya ada nilai kesakralan yang
bisa dirasakan oleh pelakunya sebagai eksistensi keyakinan dan kepatuhan
terhadap apa yang dianutnya.
Frederick M.
Denny pernah mengatakan bahwa dia berharap agar mampu menjadi sosok Sokrates
yang selalu mendorong dirinya dan mahasiswanya untuk menggali khazanah
keIslaman dengan penuh rasa simpatik dan sikap yang bijaksana serta tanpa adanya
tendensi negatif apapun.
C.
Model Penilitian Ritual dalam Islam menurut William R Roff.
Jika kita
bertanya-tanya mengenai contoh ibadah ritual apa yang dijelaskan oleh William R
Roff dalam melakukan studi ritual islam. Salah satu ibadah yang dijelaskan oleh
beliau yakni mengenai haji. Mungkin kita akan bertanya mengapa harus perlu
dijelaskan padahal itu semua sudah sangat jelas. Jika kita berpikir demikian
maka lain halnya dengan seorang William R Roff. Dia malah mencoba mencari keistimewaan apa
yang terdapat dalam ibadah haji.
Banyak sekali
penelitian yang telah dilakukan, namun semua itu tidaklah berbeda antara satu
dengan yang lainya, sebab kajian tersebut hanya mengunakan perspektif agama.
Padahal jika kita lihat ritual yang dilakukan oleh kaum muslimin tersebut
banyak aspek di dalamnya yang bisa dikaji, misalnya: sosial, psikologi,
antropologi dan lain sebagainya. Memang ritual ini dalam ranah agama, tetapi
tidak juga dipisahan dengan elemen lainya. Karena semua elemen tersebut antara
satu dengan lainya saling berkaitan.
Sebagai bagian
dari tokoh orientalis, William R. Roff coba melakukan terobosan untuk membuka
wawasan para pemeluk agama dalam melaksanakan ritual haji agar tidak saja
memberikan keuntungan kepada mereka tetapi masyarakatnya juga. Dan terobosan
tersebut dilakukan melalui perspektif sosial agar dapat membangun hubungan yang
baik dan harmonis.
Penelitian yang
dilakukan olehnya lebih mengarah pada sebuah pendapat yang dilontarkan oleh
Wilfred Cantwell Smith kira-kira seperti ini, “sebuah agama dapat dikatakan
mampu memberikan sebuah wawasan yang luas kepada pemeluknya dengan catatan
ketia ia dapat meyakini semua yang terdapat di dalam agama tersebut. Percuma saja seseorang yang beragama tidak
meyakini segala hal yang ada pada ajaran agama. dan jika hal ini terjadi, maka yang
akan timbul ialah salah paham yang berakhir pada perpecahan.
Setidaknya dari
sedikit penjelasan di atas dapat membuka wawasan kita bahwa William R. Roffi mencoba
memberanikan sebuah terobosan baru
supaya para sejarawan juga dapat mengambil gambaran mengenai sosial yang
terdapat pada ritual tersebut. William R. Roff membentuk sebuah pola berpikir
yang modern agar siapa saja dapat mengetahui ritual tersebut. Walaupun ia memiliki pandangan seperti itu, sekiranya
kita coba melakukan observasi. Jika ada sebuah kebaikan dan juga bisa dijadikan
pengetahuan maka itu sangat penting untuk memperkaya wawasan berpikir kita ke
depannya.
A.
Sudut pandang penelitian
Mungkin sangatlah
mustahil ketika kita berbicara sebuah objek atau hasil penelitian, namun
melupakan metode untuk menyingkapi hasil tersebut. Cara yang ditempuh William R Roff dalam kajian ini ialah dengan mnggunakan
pendekatan fenomenologi yang lebih condong pada teori Arnold Van Gennep,
tentang liminalitas. Mengenai teori fenomenologi, ada dua pendapat yang
dikemukan oleh Edmun Huserl, yaitu:
1.
Epoche
“tidak adanya sebuah persangkaan dari seorang peneliti terhadap objek
penelitianya”.
2.
Eidatic
vision “mengahuruskan kepada seorang peneliti agar dapat memperhatikan esensi
sebuah objek penelitianya agar bisa mengetahui fenomena tersebut”.
Dari dua
pengertian tersebut, dapat kita mengerti bahwa fenomena merupakan pembebasan
diri dari keberpihakan terhadap agama. Dan dapat membagi ke dalam beberapa aspek untuk menemukan
karakter yang secara umum. Dari pendekatan ini William R. Roff coba untuk
memilih sebuah metode yang yang khusus dan umum pada pelaksanakan ritual ibadah
haji.
Tidak sampai
disitu saja, William R. Roff juga menggunakan metode verstehen dan penelitian
secara kualitatif. Metode ini diletakan paada kajian sosiologi yang dipaparkan
oleh Max Weber yang bertujuan agar kita dapat memahami dan tidak mencederai
makna secara subjektif. Dibalik sebuah nilai yang terkandung dalam ritual
tersebut, maka Willian R. Roff mencoba untuk melakukan pengumpulan data
mengenai makna yang terdapat pada simbol-simbol ritual haji tersebut. Agar kita
jangan terpacu pada gejala yang kita dapati secara kasat mata saja, namun sudut
pandang pelakunya sangatlah diperlukan.
B.
Penerapan sebuah teori haji melalui sebuah kajian
William R. Roff,
mengkaji bahwa haji merupakan sebuah representasi dari teori Van Gennep
mengenai rites de passage. Haji ialah perjalanan manusia yang meliputi
secara teritorial dan tingkat riligus manusia itu. Tahapan pelaksanaan haji pun
diwarnai dengan beragam nuansa. Secara garis besar, ritual haji dapa dibagi
pada beberapa tahapan:
1.
Sebelum pelaksanaan
Pada tahap
pertama ini, biasanya pelaksanaan haji disimbolkan dengan perpisahan antara
calon haji dengan para warga yang memiliki asal yang sama. Dan biasanya di beberapa
wilayah ada yang melakukan sebuah ritual atau acar sebelum berangkat
meninggalkan kampung halaman. Untuk melakukan ibadah ini seseorang diharuskan
supaya melapaskan semua beban yang ada di benak terutama menyangkut hal-hal
keterikatan (hutang), kesalahan dan hal lainnya. Ini dimaksudkan suapaya ketika
dalam pelaksanaan ibadah tersebut kita dapat mengfokuskan tujuan untuk mencapai
haji yang mabrur.
Bagi sebagian
wilayah ada yang melakukan ritual yang tidak kala mirip dengan ritual untuk
menetukan saat pemberangkatan dari rumah menuju tempat perkumpulan jama’ah haji.
Ini sudah menjadi tradisi yang sudah melekat pada diri masyarakat, manakala
kita menyanggah pemahaman mereka tentang kegiatan ini, justru malah kita yang
akan dicemohin. Mungkin karena sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini jadi
sangat sulit bagi kita untuk menghilangkan tradisi tersebut.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan ibadah haji merupakan tahapan yang
sangat dinanti-nantikan karena di sini para jama’ah akan mengerti dan mungkin
sebagian merasa tenang ketika melaksanakannya. Dan di sini pula mereka dapat
mentafakurkan segala kejadian yang pernah dialaminya. Dan pada saat ini pula
mereka berpikir bahwa tidak ada pengelompokan antara kaya dan miskin, tua dan
muda, serta yang pintar dan bodoh. Semuanya sama dikumpulkan pada tempat yang
sama, memakai pakaian yang sama, sehingga rasa sombong, bangga dengan harta
yang berlimpah tidaklah berguna. Pada tahap ini bagi orang yang dapat
mengetahui bahasa negara lain, mungkin dia akan mendapatkan kawan yang baru dan
mempereratkan tali persaudaraan. Maka seperti inilah realitas kehidupan,
tatkala kita meninjau dari sisi agama tidak jauh beda dengan sisi soisal dan
sebagainya.
3.
Selesai pelaksanaan
Mungkin pada
sebagian yang lain sangat merasakan kesedihan untuk berpisah serta meninggalkan
bekas kekaguman pada diri mereka. Ini merupakan pelajaran yang pada saatnya
nanti mereka beritahukan pada keluarga dan masyarakat sekitar mereka tentang
keagungan ciptaan Allah swt, yang pastinya menarik keinginan masyarakat lainya
agar dapat melakukanya pada kesempatan yang akan datang.
Setelah selesai
dari ritual ini, harapan menjadi haji yang mabrur merupakan hal yang tidak bisa
dipungkiri, namun dibalik itu semua hanyalah Dia yang mengetahuinya. Yang
terpenting adalah kita mampu melakukan ritual haji ini dengan penuh kesadaran
dan penyesalan atas segala kekeliruan serta kesombongan yang tidak dapat
diharga dengan sesuatu yang bernilai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Praktek
ritual islam merupakan bagian yang mengatur kehidupan manusia. Bukan hanya
bagian dari intergral, namun juga bagian dari nyawa dari apa yang ia yakini. Kegiatan
ini juga merupakan bukti bahwa seorang meyakini sesuatu objek yang layak untuk
diyakini.
2.
Pemahaman
ritual islam yang diartikan sebagai ritual dalam hal yang berbau mitos, namun
kenyataan adalah salah. Ritual yang dimaksud adalah rangkaian pelaksanaan
ibadah yang sudah diatur dalam tatanan peribadatan. Seorang orientalis bernama Frederick
M. Denny mengkaji islam melaui melalui kajian ritual tersebut sesuai dengan
teori studi ritual dalam islam, yang mana dibentuk melalui teori ruang suci dan
waktu suci.
3.
Tokoh orientalis, William R. Roff coba
melakukan terobosan untuk membuka wawasan para pemeluk agama dalam melaksanakan
ritual haji agar tidak saja memberikan keuntungan kepada mereka tetapi
masyarakatnya juga. Dan terobosan tersebut dilakukan melalui perspektif sosial
agar dapat membangun hubungan yang baik dan harmonis.
B.
Saran
Diharapkan kita mampu melakukan kajian studi islam terutama
terhadap hal-hal kegiatan ritual islam itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Irham, Iqbal, Rasa ruhani spiritualitas di abad modern,
Citapustaka Media Perintis, 2012.
Jurnal Religio Volume 1, Nomor 1, Maret
2011 Halaman 25 - 44 Diterbitkan karya Sokhi
Huda, Institut Keislaman Hasyim
Asy’ari (IKAHA) Jombang
Nurlatifah,
Hazatul. Andar, (2013). Rites
de Passage dalam Ritual Haji.
Diambil dari http://andaraeve.blogspot.com/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html pada 24
September 2014, pukul. 18:45 pm.
[1] Kamus
Besar Bahasa Indonesia
[2] Muhammad
Wahidi, Fisika Salat, Al-Huda, 2009, hal, 13
[3]
Al-Baqarah:153
[4] Sayyid
Muhammad Qadi Mar’ashi,Metode Shalat Rasulullah, Yayasan Aalulbayt as
2013, sinopsis
[5] Jawad
Maliki Tabrizi, Risalah Syar wa Suluk, Sadra Pres 2014, Hal 98
[6]
Jalaluddin Rahmat, Sunnah Nabi: Kajian 14 Hadits, Pt.Alex Media
Komputindo 2012, Hal 125
[7] M.Iqbal
Irham, Rasa ruhani spiritualitas di abad modrern, Citapustaka Media
Perintis 2012, Hal 119
[8] Ibid,
Hal 147
[9] Ibid,
Hal 149
[10] http://journal.oraltradition.org/authors/show/305