Aku dan Buku : Berpikir, Sejatinya
Manusia Berakal
Saat mencari buku bacaan yang akan dijadikan sebagai tugas Bahasa
Indonesia, aku menemukan kesulitan karena harus membaca buku diluar dari
kebiasaanku yakni membaca buku akademis. Namun, aku berusaha memaksakan diri
untuk membaca. Melalui proses berpikir yang panjang, akhirnya aku menjatuhkan
pilihan kepada sebuah buku yang berjudul “ Filsafat Manusia; sebuah perbandingan
islam dan barat.” Seperti biasa, apa yang telah pak Hernowo ajarkan kepada
kami, mahasiswa/i STFI SADRA. Aku membaca riwayat penulis kemudian aku membaca
setiap bab yang ditawarkan dalam buku tersebut. Buku filsafat manusia karya Dr.
H. Undang Ahmad Kamaluddin ini mengangkat tentang jati diri manusia dalam
perspektif islam dan barat. Dr. H. Undang Ahmad Kamaluddin adalah seorang
ilmuwan muslim yang aktif dalam dunia islam. Riwayat pendidikan yang dijalani
beliau fokus terhadap islam. Ini terlihat dari pendidikan S1 hingga S3-nya
menduduki fakultas Ushuluddin. Saat ini, beliau sedang menjabat sebagai Ketua
Pusat Desa Binaan sejak tahun 2000.
Menarik sekali pembahasannya jika dilihat dari pendahaluan yang
disampaikan namun, saya tertarik mengambil kesamaan dari pembahasan buku
ini. Mataku berhenti sejenak dan melihat
jelas sebuah bab yang berjudul “ Konsep Manusia dalam Al-quran dan Konsep
Manusia dalam Perspektif Barat”. Aku mencari inti persamaan pembahasan dari dua
pandangan tersebut hingga akhirnya aku menemukan sebuah misteri besar dalam
diri manusia. Apakah persamaan keduanya ?
Dalam persepektif barat pada halaman 31 dijelaskan bahwa manusia
merupakan sebangsa binatang karena memiliki banyak persamaan dengan binatang
namun ada ciri yang membedakan dengan binatang yakni “berpikir”. Manusia adalah
makhluk berpikir dan merupakan ciptaan tuhan yang paling sempurna. Kapasitas
berpikir yang dimilikinya menjadikan manusia menduduki posisi tertinggi
daripada makhluk lainnya. Degan kemampuan berpikir, manusia mampu membuat
keputusan dengan dasar pikiran, akal dan nalar. Manusia mampu menafsirkan
melalui pemikiran sehingga tercipta bangunan ilmu pengetahuan. Berpikir itulah
yang menjadi ciri khas manusia dan karena berpikir, dia menjadi manusia.
Sementara dalam menurut pandangan filsafat islam tentang manusia
dijelaskan pada halaman 140- 141 tentang “Manusia menurut pandangan islam”
dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang penuh misteri. Manusia diberikan
akal oleh Allah SWT dan dengan akalnya ia akan berpikir. Dengan berpikir,
manusia akan mengajukan pertanyaan yang akan dicari jawabannya. Menurut
Murtadha Muthahari , manusia adalah makhluk serba dimensi. Pertama
secara fisik, manusia hampir sama dengan hewan yakni membutuhkan makan, minum,
dan berkembang biak. Kedua, manusia memiliki sejumlah emosi yaitu
memperoleh keuntungan daripada kerugian. Ketiga, manusia menyukai
keindahan. Keempat, memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan. Kelima,
memiliki kekuatan dan kemampuan berlipat ganda karena memiliki akal, pikiran
dan kehendak. Dari apa yang dikatakan oleh Murtadha Muthahari, saya begitu terhubungan
dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa “ manusia memiliki kekuatan dan
kemampuan berlipat ganda karena memiliki akal, pikiran dan kehendak.” Artinya
sejatinya manusia bisa menjadi makhluk yang superior dalam segala hal namun
yang menjadi kenyataan saat ini, banyak manusia yang tak mengembangkan potensi
itu untuk menjadikan dirinya betul-betul dalam mengendali akal yang sempurna.
Seharusnya manusia sadar betul atas apa yang ada dalam diri manusia sendiri.
Sejatinya islam mendorong penggunaan potensial akal sebagaimana yang telah
diterangkan dalam ayat-ayat al-quran lainnya.
Inilah sekian pembahasan yang ada dalam buku “filsafat Islam; sebuah
perbandingan antara islam dan barat karya Dr. H. Undang Ahmad Kamaluddin , M.Ag yang
menjadikan aku tertarik untuk direnungkan dan bahkan menegur manusia agar
memanfaat anugerah besar yang Allah SWT berikan kepada manusia yakni akal. Tak
ada yang sesempurna manusia berakal. Maka dari itu, akal merupakan mahkota
kesempurnaan manusia yang harus dijaga sebagai penggerak kebenaran dengan
proses berpikir yang sejatinya Allah SWT inginkan. Berpikir adalah aktivitas
manusia berakal. Semakin banyak berpikir maka akan mengantar manusia pada
kesempurnaan hidupnya. Baik barat maupun islam sama-sama menjunjung tinggi
akal. Berpikir merupakan aktivitas yang harus dijalani. Karena semakin banyak
manusia berpikir maka semakin memanusiakan dirinya sendiri. Inilah yang yang
menjadikan diri pribadi saya untuk terus menggali potensi dalam diri. Ya.
berpikir....