Makalah Ilmu Budaya Dasar

on Thursday, August 28, 2014

MENJADI INSANUL KAMIL (MANUSIA SEMPURNA)


PEMBAHASAN

I.1 RUANG LINGKUP KAJIAN MANUSIA BERBUDAYA

a.        Hakikat Manusia Perspektif Budaya
Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat. Manusia lahir dalam keadaan serba-misterius. Artinya sangat sulit untuk  diketahui mengapa, bagaimana, dan untuk apa kelahirannya itu. Yang pasti manusia diciptakan oleh Tuhan melalu manusia lain (orangtua), sadar akan hidup dan kehidupannya, dan sadar pula akan tujuan hidupnya (kembali kepada Tuhan)[1].
Maka dari itu, jika kita melihat pernyataan di atas, manusia memang merupakan makhluk yang unik, serba dimensi dan dapat dipandangan dari berbagai segi. Misalnya saja dalam ilmu eksakta (Ilmu Kimia), manusia dipandang sebagai kumpulan partikel-partikel atom yang membentuk jaringan yang dimiliki manusia, sementara dalam dunia biologi, manusia adalah makhluk biologis yang tergolong dalam makhluk mamalia. Dalam ilmu sosial (Sosiologi) manusia adalah makhluk sosial, yang tidak mampu berdiri sendiri, dan manusia adalah makhluk yang berbudaya, dan masih banyak lagi pandangan ilmu lain terhadap manusia itu sendiri. oleh karena itu, manusia memang susah untuk ditelaah lebih dalam. Namun bukan berarti manusia tidak mampu mengenal dirinya dibandingakan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, oleh karena itulah dalam diri manusai terdapat hakekat yang membeda manusia sendiri dengan makhluk lain. Apakah hakekat manusia itu? Dalam pembahasana ini, ada beberapa hakekat manusia dalam persepektif budaya yang mampu menjawab seperti apakah manusia itu sebenarnya. Berikut adalah hakikat manusia:
1.             Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh manusia adalah sebuah objek yang dapat dirasa, diraba, dilihat dan dalam bentuk wujud yang konkrit, namun tidak bersifat abadi. Sifat yang sementara membuat eksistensinya mampu bertahan dalam waktu yang telah ditentukan oleh sang pencipta, lalu kembali menjadi wujud awal penciptaannya yaitu tanah. Dibalik itu, terdapat jiwa dalam tubuh manusia. Suatu unsur yang berbanding terbalik dengan tubuh dalam, akan tetapi tidak bisa dipisahkan dari medium tubuh. Jiwa bersifat abstrak. Tidak dapat dirasa, diraba, dan dilihat, namun disifatnya abadi. Ketika jiwa berpisah dari tubuh, maka jiwa akan kembali kepada sang pencipta. Tapi bukan berarti jiwa tersebut hancur, namun sebaliknya jiwa akan tetap abadi. Jiwa adalah roh dalam diri manusia yang fungsinya sebagai penggerak dan sumber kehidupan manusia. Oleh sebab itulah saat jiwa meninggalkan tubuh, manusia akan mati.
2.      Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lainnya.
Kesempurnaan manusia begitu terlihat bagaimana ia mampu menata hidupnya. Artinya manusia tahu apa yang harus dilakukannya karena perangkat dalam yang ia miliki yakni akal. Namun Tuhan tidak hanya menciptakan itu saja, perasaan dan kehendak pada jiwa manusia juga menambahkan kesempurnaan manusia sebagi manusia yang beradab dan berakal.
Dengan akal (ratio) manusia dapat menciptakan imu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin mampu berevolusi. Tidak diam dalam satu jenis. Ini menunjukkan manusia dengan akalnya mampu berkembang secara kontinue dan ada selalu ada prose berpikir manusia. Lalu dalam kehidupan juga manusia mengenal nilai baik dan buruk, sehingga mampu mempertimbangkan, menilai, berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan, kebaikan, dan sebaliknya. Tidak hanya sebatas akal, manusia dilengkapi juga dengan perasaan yang mampu menciptakan seni atau nilai estetika dalam kehidupan manusia. Daya rasa (Perasaan) ini memili dua macam, yakni perasaan rohani dan perasaan inderawi. Perasaan inderwi adalah ransangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada diri manusia dan binatan, kemudian perasaan rohani adalah perasaan yang suci lahir hanya dalam diri manusia misalnya:
a.         Perasaan intelektual adalah perasan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Seeorang akan merasa senang atau rasa ingin tahu terpecahkan apabila ia mampu mencari jawaban itu sendiri, namun sebaliknya apabila ia tidak menemukannya maka perasaan yang tidak senang akan timbul karena ketidakberhasilannya dalam menemukan jawaban itu.
b.      Perasaan estetis adalah perasaan yang berkenaan dengan keindahan. Seseorang akan merasa senang atau hatinya akan merasa bahagia kala ia melihat sesuatu yang indah, sebaliknya apabila ia menemukan sesuatu yang tidak mampu menarik hatinya maka akan timbul perasaan kesal atau tidak suka pada suatu hal itu.
c.       Perasaan etis adalah perasaan yang cenderungan pada kebaikan. Seseorang akan merasa jika sesuatu itu baik bagi dirinya, maupun yang lain, lalu sebaliknya apabila sesuatu itu jahat atau buruk bagi dirinya maupun yang lain, akan timbul rasa benci.
d.      Perasaan diri yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan ketimbang yang lain. Maka apabila seseorang memiliki kelebihan dibandingkan yang lainnya, ia akan angkuh dan sombong. Sebaliknya juga ketika ia tidak memilki kelebihan, seseorang tersebut akan merasa minder terhadap yang lain.
e.       Perasaan sosial yakni perasaan yang berhubungan dengan sebuah kelompok, hidup bermasyarakat dan ikut merasakan kehidupan orang lain. Ketika orang lain mendapatakn keberhasilan, maka ia akan senang, sebaliknya jika orang lain itu gagal maka ia akan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan orang lain tersebut.
f.       Perasaan religius yaitu perasaan yang mengarah pada kepercayaan atau agama. Seseorang merasakan ketenangan dan jiwanya merasa tentram ketika apabila ia mampu bertawakal kepada Tuhan, yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

3.      Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi, biokimia, patologi, genetika, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk budayawi dapat dipelajari dari segi-segi: kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, bahasa, mata pencarian dan lain sebagainya yang menyakut kehidupan manusia.

4.      Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (Ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren kienkegaard, seorang filosof Denmarkpelopor ajaran “Eksistensialisme” memandangan manusia dalam konteks kehidupan yang konkrit adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungan (Ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk pada hukum alamiah pula.
Kehidupan manusia memiliki 3 taraf, yaitu estis, estetis, dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (Karya) dalam lukisan , tarian dan nyanyian yang indah. Denga etis manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkata manusiawi dan dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula ia menuju kesempurnaan dan semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran. Semakin dalam penghayatan kepada Tuhan, semakin bermakna pula kehidupannya, dan akan terungkap pula kenyatan manusia individual atau kenyataan mausia subjektif yang memiliki harkat dan martabat tinggi.

Menurut Berger kebudayaan merupakan totalitas produk-produk manusai yang mnecakup materiil dan non-materiil. Sementara yang terpenting dari aspek kebudayaan non-materiil adalah manusia (masyarakat) karena dari mereka terbentuk hubungan yang berkelanjutan antara manusia dan sesamanya. Kerena merupakan unsur kebudayaan, masyarakat juga bersifat sebagai produk manusia, sama seperti kebudayaan non-materiil. Berger menegaskan karakteristik tertentu dari manusia (masyarakat) ini sebagai berikut: masyarakat terdiri atas manusia yang melakukan aktivitas. Pola-polanya selalu berhubungan dengan ruang dan waktu, tidak tersedia di alam, tidak juga bisa disimpulkan secara apapun dari “hakekat manusia”.[2]
            Berger juga menegaskan arti penting masyarakat. Masyarakat menempati posisi terhormat di antara formasi-formasi kebudayaan manusia. Ini adalah berkat satu fakta antropologis dasar lainnya, yaitu sosialitas esensial manusia... ini berarti bahwa manusia selalu hidup dalam kolektivitas dan bahkan ia akan kehilangan kemanuasiannya  jika dikucilkan dari manusia-manusia lainnya.
Oleh karena itu, bisa dipahami bahwa masyarakat tentunya tidak hanya merupakan hasil dari kebudayaan, tetapi merupakan kondisi yang diharuskan oleh kebudayaan. Masyarakat membentuk, membagi, dan mengkoordinasi aktivitas pembangunan-dunia manusia. Hanya dalam masyarakat, produk aktivitas itu bisa bertahan untuk waktu yang lama.

Lem Aibon Pengantar Kematian

on Wednesday, August 6, 2014
Lem Aibon Merajalela, Anak-Anak Jadi Korban



Lem Aibon yang akrab kita kenal sebagai alat perekat sepatu, tak selamanya digunakan pada tempatnya. Ternyata bau yang keluar dari perekat ini juga mampu memberikan sensasi berbeda, layaknya narkoba yang kita kenal. Walaupun berukuran kecil, berkemasan kaleng 25 ml, namun tak jarang anak-anak menjadikannya sebagai pemberi sensasi sesaat. Terkadang mereka menggunakannya secara bersama atau bahkan menikmatinya dengan seorang diri. Persisi seperti narkoba lainya. Jika kita keliling ke sebuah pasar, mungkin kita akan menemukan anak-anak yang memakai bahan ini. Banyak cara yang dilakukan oleh mereka, salah satunya dengan meletakkannya ke dalam kantong plastik. Menurut mereka, jika lem aibon di pindahkan ke dalam plastik, maka uap aibon tidak akan kemana-mana sehingga akan dengan mudah memberikan sensasi yang tinggi. Maka dari itu, kita akan melihat anak-anak yang memegang plastik, kemudian didekatkan pada hidungnya.

Bahan yang satu ini memang tidak dapat dipisahkan dari anak-anak karena mengingat barang murah ini dapat ditemukan dengan mudah. Hanya cukup dengan modal 10 ribu rupiah saja, anak-anak bisa merasakan sensi nikmatinya menghirup uap perekat yang satu ini. Banyak kita dapati anak-anak yang terjerat dalam kaleng aibon. Entah apa yang ada di benak anak-anak masa kini, kehadiran aibon mampu membuat mereka berubah dalam sejenak. Mereka dapat merasakan bagaimana nikmatnya sebuah aroma yang dihasilkan dari perekat itu. Semestinya para anak-anak tahu, apa bahaya yang ditimbulkan dari lem aibon. Zat yang terkandung dalam lem Aibon dan sejenisnya bukan hanya dapat memabukkan dan merusak sel-sel saraf otak penggunanya. Bahkan, jika digunakan dalam jangka waktu lama, dapat membuat penggunanya tidak normal dan sakit hingga kemudian meninggal dunia. Dalam lem Aibon terkandung zat Lysergic Acid Diethyilamideatau LSD. Zat tersebut sejenis zat hirup yang sangat mudah ditemui di produk lem perekat. Pengaruhnya sangat luar biasa bagi penggunanya.

Senyawa organik yang terdapat pada lem Aibon berupa gas dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kalangan anak-anak, mereka menyebutnya “ngelem”. Apa itu ngelem? Ngelem adalah menghirup uap lem, zat pelarut atau sejenisnya hingga merasakan sensi yang dihadirkan menuju level tertinggi, hingga lem, zat pelarut atau sejenisnya itu mengering. Sebenarnya yang dilakukan anak-anak itu adalah menghirup sensasi bau atau uap yang ada pada perekat tersebut, hingga membawa mereka menuju halusinasi, melayang-layang dan merasakan ketenangan. Biasanya sensasi yang dihadirkan bertahan kurang lebih 5 jam. Selama itu, bagi mereka yang ngelem akan terbawa ke dunia yang berbeda layaknya ketika mencicipi narkoba lainnya.
Mengapa itu bisa hal-hal di atas bisa terjadi? Menurut salah satu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang Gema Insania, “Ketika mengisap aromanya, zat kimia tersebut memengaruhi sistem saraf dan melumpuhkannya. Zat yang dihirup dalam lem Aibon menjadikan penggunanya merasa bahagia hingga aktivitas sang pengguna akhirnya berkurang lantaran halusinasi yang dialami. Efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa, sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan, dan tempat,”tuturnya

Zat yang satu ini juga mengandung bahan-bahan kimia yang bertindak depresan. Depresan memperlambat sistem saraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota tubuh, dan konsentrasi pikiran. Selain itu, ngelem juga bisa mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak bisa disembuhkan.

Lem Aibon kini merusak generasi-generasi sejak dini melalu aroma yang dihadirkannya. Hingga bahkan mengantarkan seseorang pada kematian. Ada sebuah kasus terbaru yang dapat kita jadikan sebuah pelajaran bahwa kehadiran lem aibon merupakan musibah besar bagi anak-anak yang tak kita perhatiakan. Pi, seorang bocah yang berumur 12 tahun ditemukan tewas setelah menghirup aibon. Bocah kelas 5 SDN 13 ini dinyatakan  mengalami over dosis karena lem ‘Aibon”  setelah hasil visum yang dilakukan Polres Basel di RSUD Basel. Kasus ini terjadi di daerah Bangka Belitung, namun permasalahan ngelem Aibon telah menjalar di setiap provinsi. Pemerintah memilki tugas untuk memberikan simulasi terhadap kasus ini dengan memberikan penyuluhan kepada anak-anak sejak dini, terutama tentang masalah lem Aibon. Terlepas dari itu juga, orangtua hendaknya ikut andil menangani anak-anaknya, dengan memberikan perhatian lebih terhadap kegiatan sosial anak. Agar ia tidak masuk dalam pergaulan yang salah terutama dunia narkoba.

Dari kasus diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa narkoba bisa didapatkan dari manapun asalkan mampu memberikan sensasi bagi pemakainya. Pemakiannya tak mengenal umur. Bahkan anak-anak pun semakin terjeret masalah narkoba yang dianggap biasa. Faktornya adalah karena coba-coba. Aibon merupakan bahan coba-coba yang tepat dilakukan anak-anak masa kini karena murah dan praktis didapatkan. Pencegahan yang terbaik adalah dengan memberikan perhatian lebih kepada sang anak serta dengan memberikan pengetahuan bahayanya menghirup Aibon. Menghadirkan lingkungan sosial yang tepat dapat membantu seorang anak menjauhi dari dunia ini. Pengaruh dari teman bermain adalah faktor terbesar. Sehingga diharapakan orangtua mampu melihat dan mengenali teman bermainnya secara intensif dan penuh dengan pengamana.


Recent Comments

followers

About Me