Metodologi Studi Islam (Studi Ritual dalam Islam)

on Monday, September 29, 2014
Latar Belakang
               
Setiap agama memiliki sebuah ritual yang berbeda. Ritual dalam pengertian ini tidak diartikan serta merta pada aktivitas negatif yang kita kenal sebagai dampak dari keyakinan hal-hal yang berbau mitos belaka. Namun, kita melihat sisi yang berbeda dan memahami makna ritual itu dengan sebuah aktivitas hidup yang kita jalani. Ritual-ritual tersebut dalam kehidupan ternyata memiliki sebuah kontribusi besar dalam kehidupan manusia. Ritual-ritual yang diciptakan dan dijadikan sebagai aktivitas membawa manusia pada sebuah puncak ketenangan jwa, keamanan, rasa nyaman dan lain sebaginya. Tergantung siapa yang menjalami ritual tersebut.
Dalam pembagainnya ritual memiliki beberapa aspek yang harus kita perhatikan dan telaah lebih jauh. Seperti Shalat, zakat, puasa dan lain sebaginya adalah bagian dari ritual yang sebenarnya luput dari konsep pemahaman kita. Jamaah Ddzikir, jamaah tabligh, memperingati hari-hari besar islam atau pun yang lainnya juga termasuk ke dalam bentuk ritual.  Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ini adalah kesalahan dalam istilah sekaligus kita menganggap bahwa istilah ritual yang kita pahami di luar adalah ritual dihubungkan dengan hal mitos.  Kata ‘ritual” memiliki pengertian sesuatu yang berkenaan dengan ritus. Dari pengertian ini terlihat bahwa ritual yang dimaksud adalah segala tindakan yang berhubungan dengan agama. Apakah itu upacara, ibadah, atau aktivitas lainnya, yang memang benar-benar membawa sebuah kesaksaralan bagi pengikutnya.[1]
Paradigma pemahaman ini pula yang kemudian membuat para peneliti islam mengabaikan urgensi kajian islam dalam ritual. Dan malah beberapa peneliti seperti Frederick M. Denny dan William R. Roff mengangkat studi kajian islam tersebut. Oleh sebab itu, pada makalah ini akan memaparkan mengenai kajian islam yang dilakukan oleh mereka. Pembahasan ini pula didasarkan pada kesalalah kita dalam melakukan studi keislaman yang hanya didasarkan pada hal-hal yang bersifat luas, sementara hal-hal yang dominan kita lakukan kurang untuk diperhatikan.
Diharapakan setelah pembahasan ini mampu memberikan kita sebuah ide baru dan masukan terutama bagi kaum pengkaji islam untuk benar memperhatiak setiap sudut dan sisi dalam islam. Sehingan konsep studi islam bisa dilakukan dalam segala aspek, terutam untuk hal-hal yang memnang sudah intim dalam kehidupan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Praktek Ritual dalam Islam
Dalam agama Islam, ritual merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan iman seorang muslim. Karena memang ritual Islam itu sendiri adalah bentuk ekspresi islam. Sehingga bagi seorang Muslim, konsep Tauhid bukan hanya konsep teologis semata, tetapi juga direalisasikan dalam kehidupan.  Dengan konsep yang “mengesakan” Tuhan dengan ketaatan dan ketundukan total. Hal ini menunjukkan begitu dominannya aspek ritual dalam Islam. Dalam kitab-kitab fiqih, ritual juga mendapat perhatian yang sangat dominan. Karena memang di dalamnya, kitab-kitab fiqih selalu memulai penjelasannya dengan kewajiban-kewajiban ritual dengan memperhatikan empat rukun: shalat, zakat, puasa, dan haji. Bilangan dan eksplikasi yang dikehendaki dalam shalat selalu didahului dengan pembahasan mendetail tentang bersuci, thoharoh merupakan satu syarat yang tidak dapat dipisahkan dari perbuatan ibadah. Wudhu sendiri merupakan proses yang kompleks, dan membutuhkan penjelasan mendetail.
Dari sini kita bisa memahami bahwa ritual islam sudah ada sejak islam berdiri. Hanya saja kita yang memahaminya salah. Apalagi ritua-ritual yang ada di konsep kita adalah ritual yang bersifat mitos. Untuk menanggalkan kesalan pemahaman tersebut, maka sebaiknya kita melihat dari pengertian ritual dalam sisi kesakaralan. Maksudnya adalah meninjau aspek yang memang sesuatu hal yang dikatakan ritual adalah yang mendatangkan ketengan, keamanan, bahagian dan bersifat sakral. Karena sesuatu yang kita lakukan adalah bentuk keyakinan terhadap objek yang kita yakini adanya.
Islam dengan gamblang mengajarkan setiap aspek kehidupan secara terperinci, mulai dari sistematika ibadah dan hal-hal yang membuat ibadah itu bernilai lebih. Hingga mampu membawa orang lain masuk ke dalam dunia tersebut. Misalnya saja kalau pada zaman Rasullulah SAW ada ritual-ritual ibadah yang bersifat islam resmi seperti; shalat, zakat,  dan puasa, dan begitu pun sebaliknya untuk zaman modern sekarang ini tetap menjalankan ritual-ritual ibadah sebagai bentuk kewajiban. Dan malah ritual-ritual ibadah tersebut bertambah dan mengalami sebuah pembaruan, yang awalnya hanya bersifat individu, sekarang ritual ibadah bersifat kelompok, seperti; jamaah dzikir dan lain sebagainya.
Pada pembahasan ini, kita akan membagi ritual islam tersebut ke dalam dua bagian. Sesuai penjelasan di awal bahwa ada islam resmi dan ada islam modern atau lebih dikenal dengan islam populer.

I.     Praktek Ritual Islam Resmi
Praktek ritual islam resmi antara lain:
a.    Shalat
Sholat adalah sebuah ritual seorang hamba kepada tuhannya demi memperoleh ketenangan dalam dirinya. Telah banyak peneliti yang mengkaji manfaat shalat dari segi lahiriah. Mulai dari ia  berdiri pada awal sholat hingga duduk terakhir dalam shalat. Semuanya punya kandunngan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, baik jiwa dan jasa tersebut. Apalagi ketika kita mengkaji kandungan shalat secarah mendalam. Shalat layaknya manusia yang memiliki unsur-unsur yang menyempurnakan tubuhnya. Begitupun sholat yang memiliki beberapa bagian  yang saling membutuhkan . ketika salah satunya tidak terpenuhi maka sholat itu cacat. Ketika salah satu bagian dari tubuh manusia berkurang, maka manusia  itu dikatakan cacat.[2]
“Dan carilah (pertolongan Allah) melalui kesabaran dan salat.”[3] Nabi SAW bersabda “Melaksanakan kewajiban shalat kepada Allah adalah setarah dengan seribu kali haji dan umrah yang dilakukan secara benarndan yang diterimah.”[4]  Dalam sabda Rasulullah disebutkan bahwa kemuliaan seseorang tergantung pada sholat malamnya.[5]

b.    Puasa
Puasa juga salah satu praktek ritual dalam islam yang sangat populer dilakukan di bulan ramadhan. Kandungannya sangat luar biasa. Ada seseorang mengalami penyakit mag, namun setelah dia memeriksakan diri kedokter, dia dianjurkan oleh sang doker untuk tidak terlambat makan. Walaupun demikian tidak merubah hasil yang memuaskan. Pernah suatu ketikan kita mendengar Hadits nabi yang artinya,” berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat.” Dari hadis ini kita akan mulai berfikir untuk menjadikan puasa sebagai obat penyakit mag yang diderita. Alhasil, orang tersebut sembuh dengan menggunakan ritual ini.

c.     Zakat
Zakat merupakan bentuk ritual dalam islam yang mengisyaratkan betapa pentingnya jiwa sosial dibangun dalam jiwa setiap manusia. Zakat mengajari umat manusia untuk menanamkan rasa cinta dan asih sayang terhadap sesama. Ada dua ibadah dalam islam yang sangat fundamental atau bisa dikatakan ibadah yang merupakan inti dari ajaran islam. Ibadah itu adalah ibadah yang hubungannya dengan Allah (Hablun minallah) dan ibadah yang berhubungan dengan umat manusia (hablun minannas). Zakat masuk dalam kategori ibadah hablun minannas. Begitu pentingnya ibadah atau ritual terhadap sesama manusia, sampai-sampai ketika manusia tidak mampuh melakukan puasa maka gantinya adalah fidiah. Ibadah yanng tadinya akan di tujukan kepada Tuhan lantaran dialihkan kepada manusia, ini menandakan bahwa ibadah zakat ini dapat menjadikan seorang mukmin bisa merasakan kelegahan dan ketenangan dalam hidupnya.

d.    Haji
Haji adalah ibadah atau ritual yang menjadi penyempurna rukun keislaman seseorang. Di setiap tahunnya manusia antusias mengunjungi baitullah sebagai bentuk penghambaan manusia kepada Rabbnya. Haji mencakup segalah ritual islam. Rahasia haji atau adab haji adalah  bagaimana membersikan hati dari kata-kata kotoran-kotoran , kefasikan, dan pertengkaran apapun alasannya.[6]

II.                Praktek Ritual Islam Populer
Ritual islam populer mencakup beberapa bentuk, namun kali ini kita hanya akan mengambil satu contoh penting saja, yang juga sudah akrab di telinga kita sehari-hari. Atau bisa jadi kita juga pernah mengikuti atau melihat langsung praktek ritua islam populer tersebut. Praktek ritual islam yang akan dibahas pada pemaparan kali ini, yakni mengenai ritual islam ddzikir.
Dalam buku Rasa Ruhani, M.Iqbal Irham mengutif pengertian dzikir dari kitab karangan Ibn Athaillah dari alexandra (w. 1309), Miftah Al-Falah wa Mishbah Al-Arwah (Kunci Menuju Keselamatan dan Penerang bagi jiwa). Beliau mengatakan, dzikir adalah pembersihan jiwa dari ketidak khusyuan dan kealfpaan (ghaflah) dengan menghadapkan hati (hudhurual-qalb) kepada Allah secarah terus menerus.[7]
Dzikir digolongkan menjadi dua bagian. Pertama, dzikir qalbu. Dzikir ini adalah ibadah atau ritual yang sangat sederhana dan mudah. Kita bisa melakukan kapan pun dan dimana saja. Satu-satunya ibadah ritual yang tidak menuntut syarat atau hukum adalah ddzikir. Kita juga tidak membutuhkan keadaan manusia suci. Imam Nawawi menjelaskan bahwa ulama sepakat bahwa dzikir boleh dilakukan oleh yang berhadats, junub, wanita yang sedang haid dan juga nifas.[8]
 Kedua, dzikir lisan membantu untuk menghadirkan dzikir Qalbu. Dengan menyebut nama atau sifat-sifat Allah akan membantu seseorang untuk menghadirkan ketenangan bagi hatinya. Dzikir lisan tidaklah cukup apabila itu tidak terus menerus dilakukan. Ketika itu terus-menerus dilakukan akan membantu hadirnya hati untuk mengingat Sang khaliq. Dzikir qalbu sama juga dengan dzikir yaksha yakni, dzikir yang memunculkan kesadaran diri dan jiwa, akan membuat hati seseorang yang sebelumnya lalai atau ghaflah dengan gangguan-gangguan keduniaan akan terjaga dan sadar.[9]
Ketiga, dzikir sir. Dzikir yaksha atau dzikir qalbu akan membawa kepada dzikir sir (tersembunyi, rahasia),yang menghadirkan hati kepada Allah (hudurul qlalbi). Inilah dzikir yang tidak berhuruf dan tidak bersuara. Dzikir ini tidak butuh bacaan melainkan sudah menghadirkan rasa ruhani. Rasa diri yang selama ini yang terpendam dan dimana seluruh ingatan sudah tertuju pada yang haq.

B.                 Teori Studi Ritual dalam Islam menurut Frederick M. Denny
Setiap agama pasti memiliki sebuah ritual yang menunjukkan kesakralan agama yang dianutnya. Ritual ini dilakukan bukan serta merta sebagai ritual yang tidak bermanfaat, namun ritual yang dilakukan sebagai bentuk pemeliharan, melestarikan, dan menunjukkan ekstistensi nilai sakral dalam ritual keagamaan dan lainnya. Selain itu pula, ritual yang kerap kali dilakukan oleh individu atau kelompok merupakan cara untuk memperkokoh keyakinannya terhadap sesuatu yang diyakininya. Bagi sebuah kelompok, ritual yang kerap mereka laksanakan sebagai ajang memperat solidaritas sehingga mampu mendatang rasa keamanan dan mental yang kuat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa karena ada nilai kesakralan inilah, ritual pun muncul. Keberadaannya berada di tengah kehidupan manusia adalah sebagai bukti bahwa manusia ingin menunjukkan kepada objek yang diyakini sebagai sesuatu yang mesti diaktualisasikan. Jika kita melihat seperti itu, maka bisa dikatakan bahwa ritual adalah sesuatu yang dilakukan dengan sebuah keyakinan,yang mampu mendatangkan sebuah berkah karena nilai sakral yang dipegang sesuai dengan ketentuan dalam agama itu sendiri.
Dalam islam sendiri, ritual adalah bagian yang urgen dalam diri seorang muslim sebagai bentuk bagian dari keimanannya. Ketika kita meyakini sebuah objek, maka mau tidak mau kita harus mampu menegakkan nilai kesakralannya. Apalagi yang kita yakini adalah sesuatu yang ghaib. Ritual juga tidak serta merta dihubungkan dengan hal-hal mitos belaka, tetapi ritual dalam hal ini adalah bagaimana sebuah tindakan manusia berisikan sebuah kesakralan terhdap objek yang diyakini.
Melihat aktivitas sebuah keagamaan tersebut, seorang yang bernama Frederick M. Denny tertarik untuk mengkaji mengenai ritual dalam islam lebih lanjut. Menurutnya karena dengan seperti ini bisa melakukan kajian studi islam melalui aspek kebiasaan masyarakat sebagai landasan sebuah agama yang dianut.  Dan menurutnya juga, ritual islam dapat dicoba untuk diterapkan pada masyarakat sehingga mampu memperkaya teman-tema yang mengenai studi islam sendiri
Ada beberapa permasalahan dan berbagai teori yang dikemukan oleh Frederick M. Denny mengenai teori studi ritual islam yang nanti akan kita bahas. Yang kemudian juga merupakan bagian keinginannya melakukan studi islam tersebut. Langkah tersebut juga bagian dari kekecewaannya terhadap islamis karena kerap kali mengabaikan aspek-aspek ritual yang sanagt perfomatif tersebut. Yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang membuat konsep teori studi ritual islam yang diungkapkan oleh Frederick M. Denny patut untuk dibahas? Karena kurangnya melakukan studi ritual dalam islam. Pada bagian ini, Frederick M. Denny menganggap bahwa masyarakat atau pun para akademisi mengesampingkan untuk mengkaji islam dari sudut padangan ritual. Padahal faktanya ritual itu tidak serta merta dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting. Sementara aspek ritual merupakan bagian yang dominan dalam islam sendiri. Oleh sebab itu, teori studi ritual islam patut untuk dijadikan sebagai langkah menegakkan sebuah pemahaman.

A.                Tentang Frederick M. Denny
Frederick M. Denny mengajar studi Islam dan sejarah agama di University of Colorado, Boulder. Dia telah melakukan penelitian pada bacaan Qur'an dan hal-hal terkait di Mesir dan Indonesia. Bukunya, An Introduction to Islam, digunakan secara luas di perguruan tinggi program studi Amerika Utara. Dia telah banyak menerbitkan berbagai artikel tentang aspek Al-Quran..[10]

B.                 Pemikiran Frederick M. Denny Mengenai Teori Studi Ritual Islam
a.                        Kegelisahan akademisi
Menurut Frederick M. Denny, upaya para islamis untuk mengkaji aspek-aspek keislaman terutama pada aspek ritual masih sangat minim. Dan malah mengabaikan dalam urusan ritual tersebut. Padahal pada dasarnya islam menekankan aspek ritual dalam setiap sisinya dengan dominasi yang tinggi. Artinya ritual islam adalah aktivitas yang tidak bisa lepas dari kegiatan manusia. Terlebih lagi karena proses ritual tersebut merupakan bentuk dari ketaatan dan penghambaan total seseorang. Islam tidak hanya mengenal konsep tauhid semata, tapi juga merealisasikan ketauhidannya dengan sebuah tindakan. Tindakannya itulah yang mengharuskannya untuk menuju penghambaan dalam bentuk sebuah ritual. Baik ritual ibadah atau pun yang lainnya.
Di samping itu juga, menurut Frederick M. Denny, studi islam yang dilakukan hanya sebatas penelitian praktek ritual semata, tanpa menganalisa secara mendalam mengenai sumber-sumber yang menjadi sumber patokan dalam prilaku ritual tersebut. Seperti contoh ketika ia mengkritik seorang peniliti yang bernama S. F. Nadel mengenai agama Nupe di Afrika. Menurut Frederick M. Denny, Pola ini harus dibalik menganalisis sumber-sumber perilaku ritual, kemudian menganalisis perilaku ritual dengan simbol-simbolnya. Perilaku ritual dapat menyimpang jauh dari ‘perintah atau larangan’ dari sumber-sumber ritual. Denny menginginkan, ritual harus diletakkan sebagai kerangka perilaku yang diwajibkan dalam agama (fiqh), atau ritual sebagai korpus kewajiban yang menyatu dengan fiqh bahkan etika yang disebut ortopraksis.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegelisahan-kegelisahan ini berpangkal dari problem untuk memulai penelitian ini secara mendasar mencakup dua hal yaitu problem ritual yang kompleks itu sendiri yang menjadi objek penelitian dan problem pada diri peneliti yang berusaha menempatkan diri sebagaimana seorang peneliti atau harus menjadi partisipan dengan memiliki peran ganda yaitu peneliti sekaligus yang diteliti.

b.                       Topik Penelitian
Menurut Frederick M. Denny topik penilitian ini sangan penting karena menyangkut apa yang akan menjadi titik fokus yang akan diteliti, terutama yang menyangkut tentang fenomena keagamaan yang terkait dengan perilaku ritual yang ideal dan praktek ritual yang berkembang. Namun gagasannya tersebut masih sedikit diabaikan oleh kalangan muslim, sekaligus para orientalis yang melakukan kajian studi islam. Usaha yang dilakukannya untuk memecah kebuntuan masih dianggap sebgai sebuah hal yang kurang untuk diperhatikan. Sejumlah teori yang ditawarkan dapat digunakan oleh pengkaji sesudahnya dalam menganalisis makna-makna yang tersembunyi dibalik pelaksanaan ritual-ritual dalam agama-agama dan Islam.

c.                        Penelitian Terdahulu
Frederick M. Denny dalam melakukan sebuah studi islam belajar pada penelitian-penilitian sebelumnya. Setelah dia mempelajari dari sebelum-sebelumnya, kemudian ia memberikan beberapa tanggapan terhadap penelitian tersebut terutama pada konsep kajian islam yang mereka angkat. Karya seorang Snouck Hurgronje mengenai studi historis tentang haji. Sebuah karya yang diterbitkan beberapa tahun sebelum Snouck Hurgronje menetap di Mekkah selama musim semi dan musim panas pada tahun 1885. Menurut Frederick M. Denny, Karya Snouck Hurgronje merupakan contoh karya orientalis yang secara tradisional didasarkan pada teks dan menggambarkannya dalam latar akademik. Karya Geertz dalam Islam Observed menggambarkan pemahaman adanya konflik antara pendekatan normatif dan deskriptif dalam persoalan ritual, sekaligus mengkontraskan agama di Maroko dan Indonesia. Lalu karya S.F Nabel dalam Nupe Religion menyatakan untuk membaca praktek-praktek yang berhubungan dengan Islam yang akan menjadi muslim yang paling liberal adalah tidak mudah. Namun dalam karya ini, Frederick M. Denny tidak menganalisis lebih jauh lagi tentang kesesuaian antara praktek-praktek keagamaan dengan ajaran-ajaran yang ada. Kekurangannya tidak adanya abstraksi yang dikenal ‘Islam resmi’, tetapi sekedar masyarakat dan nilai-nilai, serta agama Nupe.
d.                       Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh Frederick M. Denny adalah dengan melakukan pendekatan fenomenologis, dengan verstehen-nya[9] guna mencari pengertian terhadap pola yang general (general pattern) dan pola yang partikular (particular pattern). Secara lebih konkret, dalam upaya memahami ritual, Frederick M. Denny menggunakan beberapa teori: Pertama, teori ruang suci dan waktu suci. Teori adanya dimensi ruang dan waktu dalam ritual. Ruang dan waktu itu sendiri adalah kategori universal dan banyak cara yang dapat digunakan oleh orang beragama untuk menjelaskan dan menuturkannya.

e.                        Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian yang dilakukan oleh Frederick M. Denny adalah ritual-ritual islam, yang ditujukan pada ritual ibadah sendiri. Ritual ibadah tersebut dibagi ke dalam dua bagian, yang pertama islam resmi dan kedua, islam populer. Islam resmi yang didasarkan pada sumber-sumber ibadah, sementara islam populer didasarkan pada ibadah-ibadah yang berkembang pada masyarakat modern.
Teori–teori di atas kemudian dijelaskan dengan menggunakan teori ruang suci dan waktu suci. Teori Thoedore Gaster, dan Arnold van Genep. Yakni mengenai kewajiban ritual (ritual duties), waktu suci, ruang suci, pengosongan (emptying), pengisian (filling), ritus peralihan (rites of passage), ), Pemisahan (separation), transisi (transition), dan penyatuannya dalam status baru(aggregate).

f.                         Kontribusi dalam Ilmu Keislaman
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan, kita bisa lihat kontribusi seorang Frederick M. Denny bagi para pengkaji studi-studi keIslaman.  Diantaranya adalah: pertama,Frederick M. Denny membantu memberikan pemahaman secara lebih komprehensif tentang studi-studi ritual dalam kajian Islam. Konsep ruang suci dan waktu suci yang dia paparkan sangat membantu para pengkaji studi keIslaman khususnya dalam lingkup studi ritual untuk lebih menangkap esensi makna dari aktivitas simbolik yang ditunjukkan dalam masyarakat Islam. Kedua, Frederick M. Denny memberikan kerangka teori dalam menguraikan aspek-aspek ritual yang berkembang dalam masyarakat.
g.                       Logika dan Sistematika Penulisan
Frederick M. Denny melakukan kajiannya dengan mengungkapkan problem-problem studi ritual islam. Yang mana masih diabaikan terutama bagi kalangan muslim sendiri. Ini juga bentuk dari kekecewaanya terhadap sikap kaum islamis dalam melakukan kajian keislaman.  Kemudian ia menguraikan beberapa objek dari ritual islam yang ada merupakan bagian dominan dalam aktivitas muslim seperti shalat atau sebagianya. Dan kemudian ia mengembangkan sebuah teori mengenai ruang suci dan waktu suci, yang dimana menyangkuta tindakan seseorang dalam melakukan sebuah ritual keibadahan. Dari teori yang ia kemukakan juga dilandaskan pada penilitian-penilitian sebelumnya.
Dari semua penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Frederick M. Denny melakukan studi islam melalui kajian ritual. Dimana bisanya kita menganggap bahwa ritual hanya didasarkan pada mitos semata. dalam kenyataannya segala hal yang merupakan tindakan keibadahan adalah bersifat ritual. Artinya ada nilai kesakralan yang bisa dirasakan oleh pelakunya sebagai eksistensi keyakinan dan kepatuhan terhadap apa yang dianutnya.
Frederick M. Denny pernah mengatakan bahwa dia berharap agar mampu menjadi sosok Sokrates yang selalu mendorong dirinya dan mahasiswanya untuk menggali khazanah keIslaman dengan penuh rasa simpatik dan sikap yang bijaksana serta tanpa adanya tendensi negatif apapun.

C.                Model Penilitian Ritual dalam Islam menurut William R Roff.
Jika kita bertanya-tanya mengenai contoh ibadah ritual apa yang dijelaskan oleh William R Roff dalam melakukan studi ritual islam. Salah satu ibadah yang dijelaskan oleh beliau yakni mengenai haji. Mungkin kita akan bertanya mengapa harus perlu dijelaskan padahal itu semua sudah sangat jelas. Jika kita berpikir demikian maka lain halnya dengan seorang William R Roff.  Dia malah mencoba mencari keistimewaan apa yang terdapat dalam ibadah haji.
Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan, namun semua itu tidaklah berbeda antara satu dengan yang lainya, sebab kajian tersebut hanya mengunakan perspektif agama. Padahal jika kita lihat ritual yang dilakukan oleh kaum muslimin tersebut banyak aspek di dalamnya yang bisa dikaji, misalnya: sosial, psikologi, antropologi dan lain sebagainya. Memang ritual ini dalam ranah agama, tetapi tidak juga dipisahan dengan elemen lainya. Karena semua elemen tersebut antara satu dengan lainya saling berkaitan.
Sebagai bagian dari tokoh orientalis, William R. Roff coba melakukan terobosan untuk membuka wawasan para pemeluk agama dalam melaksanakan ritual haji agar tidak saja memberikan keuntungan kepada mereka tetapi masyarakatnya juga. Dan terobosan tersebut dilakukan melalui perspektif sosial agar dapat membangun hubungan yang baik dan harmonis.
Penelitian yang dilakukan olehnya lebih mengarah pada sebuah pendapat yang dilontarkan oleh Wilfred Cantwell Smith kira-kira seperti ini, “sebuah agama dapat dikatakan mampu memberikan sebuah wawasan yang luas kepada pemeluknya dengan catatan ketia ia dapat meyakini semua yang terdapat di dalam agama tersebut.  Percuma saja seseorang yang beragama tidak meyakini segala hal yang ada pada ajaran agama. dan jika hal ini terjadi, maka yang akan timbul ialah salah paham yang berakhir pada perpecahan.
Setidaknya dari sedikit penjelasan di atas dapat membuka wawasan kita bahwa William R. Roffi mencoba memberanikan sebuah terobosan baru  supaya para sejarawan juga dapat mengambil gambaran mengenai sosial yang terdapat pada ritual tersebut. William R. Roff membentuk sebuah pola berpikir yang modern agar siapa saja dapat mengetahui ritual tersebut. Walaupun  ia memiliki pandangan seperti itu, sekiranya kita coba melakukan observasi. Jika ada sebuah kebaikan dan juga bisa dijadikan pengetahuan maka itu sangat penting untuk memperkaya wawasan berpikir kita ke depannya.
A.                     Sudut pandang penelitian
Mungkin sangatlah mustahil ketika kita berbicara sebuah objek atau hasil penelitian, namun melupakan metode untuk menyingkapi hasil tersebut.  Cara yang ditempuh William R Roff  dalam kajian ini ialah dengan mnggunakan pendekatan fenomenologi yang lebih condong pada teori Arnold Van Gennep, tentang liminalitas. Mengenai teori fenomenologi, ada dua pendapat yang dikemukan oleh  Edmun Huserl, yaitu:
1.      Epoche “tidak adanya sebuah persangkaan dari seorang peneliti terhadap objek penelitianya”.
2.      Eidatic vision “mengahuruskan kepada seorang peneliti agar dapat memperhatikan esensi sebuah objek penelitianya agar bisa mengetahui fenomena tersebut”.
Dari dua pengertian tersebut, dapat kita mengerti bahwa fenomena merupakan pembebasan diri dari keberpihakan terhadap agama. Dan dapat membagi  ke dalam beberapa aspek untuk menemukan karakter yang secara umum. Dari pendekatan ini William R. Roff coba untuk memilih sebuah metode yang yang khusus dan umum pada pelaksanakan ritual ibadah haji.
Tidak sampai disitu saja, William R. Roff juga menggunakan metode verstehen dan penelitian secara kualitatif. Metode ini diletakan paada kajian sosiologi yang dipaparkan oleh Max Weber yang bertujuan agar kita dapat memahami dan tidak mencederai makna secara subjektif. Dibalik sebuah nilai yang terkandung dalam ritual tersebut, maka Willian R. Roff mencoba untuk melakukan pengumpulan data mengenai makna yang terdapat pada simbol-simbol ritual haji tersebut. Agar kita jangan terpacu pada gejala yang kita dapati secara kasat mata saja, namun sudut pandang pelakunya sangatlah diperlukan.
B.                      Penerapan sebuah teori haji melalui sebuah kajian
William R. Roff, mengkaji bahwa haji merupakan sebuah representasi dari teori Van Gennep mengenai rites de passage. Haji ialah perjalanan manusia yang meliputi secara teritorial dan tingkat riligus manusia itu. Tahapan pelaksanaan haji pun diwarnai dengan beragam nuansa. Secara garis besar, ritual haji dapa dibagi pada beberapa tahapan:
1.      Sebelum pelaksanaan
Pada tahap pertama ini, biasanya pelaksanaan haji disimbolkan dengan perpisahan antara calon haji dengan para warga yang memiliki asal yang sama. Dan biasanya di beberapa wilayah ada yang melakukan sebuah ritual atau acar sebelum berangkat meninggalkan kampung halaman. Untuk melakukan ibadah ini seseorang diharuskan supaya melapaskan semua beban yang ada di benak terutama menyangkut hal-hal keterikatan (hutang), kesalahan dan hal lainnya. Ini dimaksudkan suapaya ketika dalam pelaksanaan ibadah tersebut kita dapat mengfokuskan tujuan untuk mencapai haji yang mabrur.
Bagi sebagian wilayah ada yang melakukan ritual yang tidak kala mirip dengan ritual untuk menetukan saat pemberangkatan dari rumah menuju tempat perkumpulan jama’ah haji. Ini sudah menjadi tradisi yang sudah melekat pada diri masyarakat, manakala kita menyanggah pemahaman mereka tentang kegiatan ini, justru malah kita yang akan dicemohin. Mungkin karena sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini jadi sangat sulit bagi kita untuk menghilangkan tradisi tersebut.
2.         Pelaksanaan
 Pelaksanaan ibadah haji merupakan tahapan yang sangat dinanti-nantikan karena di sini para jama’ah akan mengerti dan mungkin sebagian merasa tenang ketika melaksanakannya. Dan di sini pula mereka dapat mentafakurkan segala kejadian yang pernah dialaminya. Dan pada saat ini pula mereka berpikir bahwa tidak ada pengelompokan antara kaya dan miskin, tua dan muda, serta yang pintar dan bodoh. Semuanya sama dikumpulkan pada tempat yang sama, memakai pakaian yang sama, sehingga rasa sombong, bangga dengan harta yang berlimpah tidaklah berguna. Pada tahap ini bagi orang yang dapat mengetahui bahasa negara lain, mungkin dia akan mendapatkan kawan yang baru dan mempereratkan tali persaudaraan. Maka seperti inilah realitas kehidupan, tatkala kita meninjau dari sisi agama tidak jauh beda dengan sisi soisal dan sebagainya.
3.                       Selesai pelaksanaan
Mungkin pada sebagian yang lain sangat merasakan kesedihan untuk berpisah serta meninggalkan bekas kekaguman pada diri mereka. Ini merupakan pelajaran yang pada saatnya nanti mereka beritahukan pada keluarga dan masyarakat sekitar mereka tentang keagungan ciptaan Allah swt, yang pastinya menarik keinginan masyarakat lainya agar dapat melakukanya pada kesempatan yang akan datang.
Setelah selesai dari ritual ini, harapan menjadi haji yang mabrur merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, namun dibalik itu semua hanyalah Dia yang mengetahuinya. Yang terpenting adalah kita mampu melakukan ritual haji ini dengan penuh kesadaran dan penyesalan atas segala kekeliruan serta kesombongan yang tidak dapat diharga dengan sesuatu yang bernilai.  








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Praktek ritual islam merupakan bagian yang mengatur kehidupan manusia. Bukan hanya bagian dari intergral, namun juga bagian dari nyawa dari apa yang ia yakini. Kegiatan ini juga merupakan bukti bahwa seorang meyakini sesuatu objek yang layak untuk diyakini.
2.      Pemahaman ritual islam yang diartikan sebagai ritual dalam hal yang berbau mitos, namun kenyataan adalah salah. Ritual yang dimaksud adalah rangkaian pelaksanaan ibadah yang sudah diatur dalam tatanan peribadatan. Seorang orientalis bernama Frederick M. Denny mengkaji islam melaui melalui kajian ritual tersebut sesuai dengan teori studi ritual dalam islam, yang mana dibentuk melalui teori ruang suci dan waktu suci.
3.       Tokoh orientalis, William R. Roff coba melakukan terobosan untuk membuka wawasan para pemeluk agama dalam melaksanakan ritual haji agar tidak saja memberikan keuntungan kepada mereka tetapi masyarakatnya juga. Dan terobosan tersebut dilakukan melalui perspektif sosial agar dapat membangun hubungan yang baik dan harmonis.


B.     Saran
Diharapkan kita mampu melakukan kajian studi islam terutama terhadap hal-hal kegiatan ritual islam itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Irham, Iqbal, Rasa ruhani spiritualitas di abad modern, Citapustaka Media Perintis, 2012.
Jurnal Religio Volume 1, Nomor 1, Maret 2011 Halaman 25 - 44 Diterbitkan karya  Sokhi Huda,  Institut Keislaman Hasyim Asy’ari (IKAHA) Jombang

Nurlatifah, Hazatul. Andar, (2013). Rites de Passage dalam Ritual Haji. Diambil dari http://andaraeve.blogspot.com/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html pada 24 September 2014, pukul. 18:45 pm.


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] Muhammad Wahidi, Fisika Salat, Al-Huda, 2009, hal, 13
[3] Al-Baqarah:153
[4] Sayyid Muhammad Qadi Mar’ashi,Metode Shalat Rasulullah, Yayasan Aalulbayt as 2013, sinopsis
[5] Jawad Maliki Tabrizi, Risalah Syar wa Suluk, Sadra Pres 2014, Hal 98
[6] Jalaluddin Rahmat, Sunnah Nabi: Kajian 14 Hadits, Pt.Alex Media Komputindo 2012, Hal 125 
[7] M.Iqbal Irham, Rasa ruhani spiritualitas di abad modrern, Citapustaka Media Perintis 2012, Hal 119
[8] Ibid, Hal 147
[9] Ibid, Hal 149
[10] http://journal.oraltradition.org/authors/show/305
Comments
0 Comments

0 komentar:

Recent Comments

followers

About Me